Lezatnya Gonggong kota Tanjung Pinang yang Tidak Terlupakan
Bismillah.
Assalamualaikum. Gonggong. Membaca nama mahkluk air satu ini menjadi menu di salah satu rumah makan yang baru saja buka di kota Mataram membuat saya mengingat kembali saat pertama kali saya tahu ada hewan laut yang namanya Gonggong. Padahal saat itu saya sudah berusia seperempat abad lho. Ya ampun, kemana aja selama ini. Kala itu tahun 2008, tepatnya 9 Juni 2008, saya mendapat tugas dari kantor untuk mengunjungi kota Tanjung Pinang di provinsi Kepulauan Riau. Saya tidak sendiri, ada bang Adi dan mbak Hera yang juga ikut serta saat itu.
Pukul setengah enam sore burung besi take off dari Bandar udara Soekarno Hatta, Jakarta. Dalam tempo kurang lebih satu setengah jam, saya dan teman-teman kantor sudah mendarat di bandar udara Raja Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang. Saya dan teman-teman dijemput oleh mitra lokal kami di pintu kedatangan bandar udara.
Kami tiba di Tanjung Pinang setelah magrib, menjelang malam. Pas dengan waktunya makan malam. Sebelum ke hotel, kami terlebih dahulu diajak makan di sebuah restoran apung bernuansa Tiongkok di tepi laut. Namun saya lupa apa nama restoran tersebut. Restorannya sederhana saja. Namun berdasarkan informasi dari mitra lokal, makanan di restoran tersebut terkenal enak. Sebagai tamu yang baik nurut ajalah ya diajak makan ke mana juga. Hehe.
Beberapa menu dihidangkan di meja. Ada rajungan asam pedas, cumi bakar, plecing kangkung, sop ikan bawal, air kaleng, dan yang terakhir adalah sepiring cangkang yang menurut saya mirip dengan cangkang bekicot. Jujur, saat itu saya sedikit terkejut dengan menu ini. Sepertinya saat itu wajah keterkejutan saya tidak bisa menipu teman-teman kerja lainnya. Mereka memberitahu saya bahwa cangkang-cangkang itu namanya gonggong. Siput laut. Halal untuk dimakan. Itu bukan bekicot yang sering muncul di kala hujan datang. Kalau ke Tanjung Pinang wajib mencoba yang satu ini. Begitu katanya.
Semua makan dengan lahapnya. Ya menu makanan yang terhidang di meja tersebut enak semua. Tapi ada satu menu yang tidak saya sentuh hingga akhir suapan nasi saya, yaitu gonggong. Teman-teman mengingatkan saya supaya mencoba gonggong tersebut. Kata mereka rugi kalau tidak mencoba gonggong di kota Tanjung Pinang. Bahkan salah satu mitra lokal mengatakan bahwa saya tidak akan menemukan di Jakarta gonggong yang rasanya sama seperti yang ada di Tanjung Pinang ini. Hm…
Saya sedikit ragu, namun akhirnya saya paksakan juga untuk mencoba gonggong tersebut. Belajar dulu cara makannya. Antara penasaran, gak enak hati dengan yang lain dan juga geli terbayang-bayang bekicot. Semua perasaan campur aduk menjadi satu. Keukeuh bekicot. Hahaha.
Done! Satu gonggong berhasil saya santap. Kemudian saya ambil satu lagi. Alhasil malam itu tidak hanya satu atau dua gonggog yang saya lahap, tapi lumayan banyak. Ternyata betul teman-teman, gonggong itu enak. Apalagi ketika dicocol dengan sambel. Istilah kekiniannya mantul a.k.a mantap betul.
Merujuk kepada Wikipedia, gonggong merupakan siput laut yang dapat dimakan. Hewan lunak yang memiliki nama latin Laevistrombus Canarium ini lebih dikenal dengan sebutan Strombus Canarium.
Di Tanjung Pinang sendiri gonggong merupakan salah satu menu yang ada hampir di setiap rumah makan seafood. Gonggong rebus yang kemudian dicocol dengan sambal pedas manis menjadi favorit saya walaupun ia adalah menu terakhir yang saya cicipi malam itu. Hahaha.
Hingga kini saya baru dua kali menjejakkan kaki di Kota Tanjung Pinang. Itu pun sudah sangat lama, tahun 2008. Lebih dari satu dekade silam. Namum sensasi dua kali makan gonggong di kota Tanjung Pinang masih terekam dengan jelas dalam benak ini. Dan kini setiap kali mendengar kata gonggong maka ingatan saya kembali ke kota Tanjung Pinang. Gonggong dan kota Tanjung Pinang menjadi dua hal yang tidak terpisahkan bagi saya. Hope someday I’ll be back there.
Kini, setelah tujuh tahun merantau di kota Mataram, tiba-tiba saya dikejutkan dengan pengumuman gonggong sebagai sebuah menu baru di rumah makan Ya Kerang Aja. Rumah makan ini belum terlalu lama buka di kota Mataram. Menu andalannya adalah kerang. Dan kini mereka juga menyediakan gonggong. Saya suka kerang dan gonggong. Uwiiiih saya jadi tambah kepengen untuk mencicipi kerang dan gonggong di Ya Kerang Aja. Apalagi ketika melihat foto-foto para pengunjung Ya Kerang Aja yang diposting di instagram, mereka tampaknya menikmati sekali sensasi melahap kerang dan juga gonggong di sana. Hm…..apakah rasanya akan sama enaknya dengan gonggong yang pernah saya makan di kota Tanjung Pinang??? Yang sudah pernah mencicipi, jangan lupa berbagi cerita di kolom komentar ya. Siapa tahu bisa menambah keinginan saya untuk segera merealisasikan niat mencicipi kerang dan gonggong di Ya Kerang Aja. Jujur hingga tulisan ini saya terbitkan saya masih berkutat dengan niat ingin berkunjung ke sana. Ups!
Baiklah teman-teman, sekian cerita saya tentang gonggong, hewan laut yang memiliki protein dan omega yang tinggi. Eh tapi kolesterolnya juga tinggi lho. Bagi kamu yang memiliki riwayat kolesterol tinggi harus hati-hati ya ketika menikmati lezatnya gonggong ini. Jangan sampai kebablasan. Eat all but stay healthy. Ups! Bagaimana rupanya tuh ya. Haha.
Oh ya, nanti kalau niat makan kerang dan gonggong saya sudah naik statusnya, tidak hanya sekedar niat, insya allah saya akan berbagi cerita lagi dengan teman-teman semua tentang sensasi menikmati gonggong untuk yang ketiga kalinya. Bukan lagi di kota Tanjung Pinang, tapi di Kota Mataram.
Mataram, 26 Maret 2019
Salam
Sumber: https://wikipedia.org/wiki/laevistrombus_canarium
Aku baru sekali nih mbak makan gonggong. Waktu itu nyobain karena pas tanya kesana kemari, gonggong populer kuliner banget ya di KEPRI. Waktu itu aku masih tinggal di Batam. Awalnya mau makan geli geli gimana gitu, tapi pas dimakan terus enak juga hehehe.. Kalau yang tanjung pinang belum nyoba gonggongnya, mungkin next time, hehe
wkwkwk..samanya nih kita. Pandangan pertama kurang okeh. Tak coba maka tak sayang ya, Mbak. Hahaha…Saya malah belum pernah ke Batam, Mbak. Pengen deh nyobain naek ferry nyebrang ke Sing. Hope someday.