Sebuah Kejutan dari Martabak Smoked Beef Kampong Melayu
Bismillah,
Assalamualaikum. Martabak. Makanan satu ini tentunya sudah sangat akrab dengan keseharian kita. Ada dua pilihan, yaitu martabak manis dan martabak telur. Kamu suka yang mana? Jangan tanya saya. Saya suka dua-duanya. Hm…yummi. Hihi. Selain itu, jika mendengar kata martabak, maka biasanya pikiran ini auto inget dengan gerobak martabak yang mulai bermunculan di sore hari menjelang magrib di tepi jalan, di depan toko-toko dan tempat-tempat lainnya yang dirasa strategis. Mereka muncul seperti jamur di kala musim hujan. Banyak banget bertebaran di mana-mana. Tinggal pilih suka yang mana. Walau judulnya martabak, tetap saja soal rasa berbeda. Karena rasa adalah soal selera yang sifatnya relatif. Betul tidak teman?
Cerita kali ini bukan tentang martabak abang-abang yang buka di sore hari. Tetapi, tentang martabak yang sedikit naik kelas. Martabak yang penampilannya sedikit lebih elegan. Ditata cantik di sebuah piring. Lengkap dengan sendok dan garpu tentunya. Martabak seperti apa yang naik kelas? Martabak ini saya sebut naik kelas karena dijualnya di dalam mall. Dari segi tempat beda banget dengan martabak abang-abang pinggir jalan.
Hari Kamis, (4/4/19), saya datang tiba-tiba ke acara kumpul ibu-ibu Renggo, teman senasib sepenanggungan saya di tanah rantau ini, kota Mataram, di pulau Lombok nan cantik. Tanpa konfirmasi saya meluncur ke TKP. Tempat berkumpul yang telah disepakati di WAG yaitu di Kampong Melayu, salah satu rumah makan yang terletak di Lombok Epicentrum Mall, (LEM), mall terbesar saat ini di kota Mataram. Setelah drama gempa beruntun sejak pertengahan tahun kemarin, inilah kali pertama saya menginjakkan kaki lagi di mall ini. Dalam hati berdoa semoga gempa tidak lagi menyapa. Hehe.
Berpelukan. Ah senangnya kembali bertemu dengan ibu-ibu ini. Mengobrol tiada henti. Mengoceh selalu diakhiri dengan koma. Senyuman selalu menghiasi wajah ini. Kali ini saya tidak melenggang sendiri. Saya mengajak serta Nadya, anak saya paling kecil yang belum genap berusia berusia tiga tahun. Ketika sudah duduk, Nadya berbisik di telinga saya. “Ada temen Nad, Nda.”. Bocah kecil saya ini sangat senang berteman. Jikalau bertemu dengan anak yang seumuran dia atau sedikit lebih besar, walaupun ia belum kenalan, maka ia akan “mengklaim” itu adalah temannya. Haha.
“Ah iya, itu Arun, Nad. Ayo salam dulu.” Boro-boro mau salam. Tangan kanan langsung ngumpet ke belakang. Pun begitu dengan Arun, dia emoh juga disuruh salam. Ah, Nak, kalian kok yo samanya. Baiklah, diwakilkan emak aja ya cipika cipiki.
Waktu yang disepakati untuk bertemu yaitu pukul dua belas siang, pas banget dengan jadwalnya makan siang. Eh tapi sebelum berangkat Nadya minta makan dan kemudian makanan tersebut tidak habis, jadilah emak yang tadinya ngarep makan enak di resto malah kenyang duluan di rumah. Huft. Berhubung sudah di TKP, yo masak enggak pesen. Saya membolak balik buku menu. Bingung mau pesen yang mana. Tentu saja saya menghindari menu-menu berat, apalagi yang berhubungan dengan nasi. Huft, udah kenyang duluan.
Setelah beberapa kali membolak balik buku menu, akhirnya saya memesan dua menu, yaitu mie goreng telur asin dan martabak smoked beef, serta sebuah minuman yang diberi nama semutis stroberi. Menu pertama adalah rekomendasi mbak Rita. Katanya enak. Baiklah mari kita coba yang katanya enak itu. Hehe. menu kedua hasil pemikiran saya sendiri karena terlihat enak dan sepertinya porsinya kecil saja. Sepertinya pas untuk dicemil-cemil saja. Dan yang ketiga adalah karena saya melihat ada yang memesan minuman tersebut. Tampak yummi. Warna merahnya menggiurkan banget. Ditambah itu adalah minuman dingin. Jadi pas banget jika menyeruput semutis stroberi sedikit demi sedikit. Hm…
Senangnya, saya tidak perlu menunggu terlalu lama untuk ketiga pesanan saya. Yang pertama datang adalah mie goreng telur asin. Kesan pertama saya: tampak seperti mie goreng ind*mie yang tidak diberi kecap. He…Mie goreng telur asin ini sengaja saya pesan tanpa cabai. Niat awal saya memesan ini untuk Nadya karena melihat foto di buku menu sepertinya porsinya tidak besar. Well, satu porsi mie goreng telur asin ini sesuai dengan ekpektasi saya. Tidak terlalu banyak, tapi juga tidak terlalu sedikit. Saya ambil satu sendok, dan mulai menyuapi Nadya yang tidak sabaran ingin mencicipi mie. Kali ini tidak sesuai ekspektasi. Nadya tidak mau. Dan saya agak sedikit terkejut melihat Nadya menolak mie. Jarang-jarang ia menolak mie. Mau tidak mau saya jadi ikut mencicipi mie ini. Well, rasanya sedikit diluar ekspektasi saya. Mieini tidak pelit bumbu. Hanya saja saya agak sedikit terganggu dengan rasa telur asin yang sangat mendominasi. Sebenernya saya agak kurang suka telur asin. Mungkin ada faktor ini juga kali ya saya jadi agak kurang sreg dengan rasa mienya. Dan mungkin Nadya juga merasakan hal yang sama dengan saya. Eh tapi, bagi kamu penyuka telur asin mungkin mie ini harus masuk dalam daftar untuk dicoba.
Menu kedua yang datang adalah martabak. Ada dua macam martabak di Kampong Melayu ini. Saya memesan martabak smoked beef. Saya merasa wow ketika martabak ini diantar ke meja saya. Ckckck.. di buku menu sepertinya porsi martabak ini kecil dan cocok untuk dicemil-cemil. Tapi ternyata porsi martabak smoked beef ini besar. Melihatnya saja membuat saya kenyang. Tidak hanya saya yang berpikir ukuran martabak ini jumbo.
Martabak smoked beef ini ditata di piring datar dengan beralaskan daun pisang. Terdiri atas dua tumpuk potongan martabak dengan irisan-irisan smoked di bagian paling atasnya. Kecantikan martabak ini dilengkapi dengan saus keju yang menutupi hampir keseluruhan bagian atas martabak. Sebagai pelengkap martabak, ada acar dan juga saus sambel untuk cocolan martabak. Bagaimana dengan isi dalam martabak? Yang pasti di dalam martabak smoked beef ini terdapat irisan kol, cabe merah, bawang merah, dan daun bawang. Menurut saya martabak smoked beef ini enak. Bumbunya terasa.
Reaksi anak untuk setiap makanan-makanan baru acap kali tidak terduga. Terkadang di luar ekspektasi emaknya. Inilah yang terjadi kini. Nadya berhenti disuapan pertamanya ketika mencoba mie goreng telur asin. Alhasil emak “wajib” menghabiskan seporsi mie goreng telur asin. Tapi penolakan tidak berlaku ketika mencoba martabak smoked beef. Setelah gigitan pertama Nadya meminta lagi, lagi dan lagi. Tidak hanya Nadya yang ketagihan, Arun-anak mbak Sri yang sebaya dengan Nadya dan kebetulan duduk tepat di depan saya dan Nadya, juga ketagihan martabak smoked beef ini. Alhasil, dua gadis kecil ini duet menghabiskan martabak smoked beef. Alhamdulillah, habis tak bersisa. Bocah kecil tahu aja makanan yang enak. Hahaha. Padahal awalnya, ketika melihat porsi martabak yang wow, saya berniat untuk take away saja. Hehe niat emak yang enggak mau rugi ini enggak kesampaian. Martabak smoked beef ini must try deh kalo kebetuan singgah di resto satu ini.
Pesanan saya yang ketiga yaitu semutis stroberi. Melihat warnanya sungguh menggiurkan. Merah. Ditambah dengan petikan daun mint di bagian atas, semutis stroberi ini semakin menggoda. Perpaduan asam stroberi dengan dinginnya es, sungguh perpaduan sempurna untuk pelepas dahaga di siang hari. Semutis ini uenaaaaak. Nadya juga suka. Ia menghabiskan hingga tetesan terakhir.
Kalau ngikutin ocehan para emak, tentunya tidak akan pernah selesai, bukan? Namun semua makanan yang tadi terhidang di meja sudah habis tak bersisa, dan bocah pun sudah mulai tidak betah “menunggu” emak mereka yang asyik mengobrol. Time is up. Saatnya pulang, kembali ke rumah dengan keseruan yang berbeda, “bermain” dengan para bocah. Sekian review dari emak rempong di rumah. Semoga bermanfaat. Yang ingin mencoba juga, monggo langsung meluncur ke Kampong Melayu.
Mataram, 9 April 2019 Salam
Martabak Smoked Beef-nya menggoda! Itu pasti dasarnya martabak telor cuman ditambahin smoked beef, dan cara penyajiannya itu cocok banget. Panas-panas gini enak kali ya minum Smoothis Strawberry 🙂
Betul, Mbak. Martabak telor ditambahin variasi dikit. Penyajiannya menggoda ya. Hihi.