Warung “Kiki” dan Tongseng Maknyus khas Yogya

Warung “Kiki” dan Tongseng Maknyus khas Yogya

Tongseng adalah salah satu menu kesukaaan pak suami saya. Kuliner satu ini sering menjadi target perburuan kuliner keluarga kecil saya di mana pun kami berada. Jika sedang mencari makan, dan nemu warung tongseng, biasanya akan masuk daftar pertimbangan untuk disambangi. 

Begitu juga dengan liburan tipis-tipis kami kali ini. Yang dekat-dekat saja dari rumah. So bisa dipastikan it’s still around Lombok yes.

(31/10/19) Malam itu, kriuk-kriuk, perut ini lapar sekali. Begitu juga dengan pak suami dan tiga bocah saya yang lelah bermain air di kolam renang Hotel Jayakarta nan komplit itu. Mereka laparnya lebih-lebih dari saya. 

Lepas magrib, kami cus keluar hotel mencari makan. Pak suami bilang sih tujuan tempat makan kali ini hasil berselancar beliau sambil menunggu saya, istri tercintanya, bersiap untuk makan malam. Nasib, selalu siap di sesi terakhir setelah anak-anak dan pak suami ready to go. Siapa yang senasib dengan saya???

Pilihan makan malam kali ini yaitu sate dan tongseng. Keluar dari hotel Jayakarta, pak suami saya membawa mobil menuju kota Mataram. Beberapa meter sebelum pertigaan ke arah Sandik, pak suami menunjuk satu warung sederhana di garasi rumah tinggal. Terpampang sebuah papan yang bertuliskan Warung “Kiki” spesial daging kambing dam daging ayam. 

Sate Kambing bumbu kecap

Mobil pun menepi. Ups, warung sedang ramai ketika kami datang. Semakin bersemangatlah saya hendak makan di warung ini. Ramai berarti enak. Kunci pertama memasuki rumah makan. Setuju gak? 

Pak suami langsung pesan kesukaannya yaitu sate kambing. Saya sih so so saja makan daging kambing. Ogah makan kalau gak kepaksa banget. Makan daging kambing tidak lebih untuk membersamai kesukaan makan pak suami saja. Yakali kalau makan di tempat yang hanya tersedia aneka masakan daging kambing, masak pak suami makan dan si saya gak makan. Gak lucu bukan? Jadi selama ada pilihan selain daging kambing, maka saya akan memilih opsi tersebut.  

Menilik dari spanduk yang terpasang di warung Kiki ini, spesialisasinya yaitu daging ayam dan daging kambing. Kali ini pilihan saya jatuh kepada tongseng ayam. Eh tapi lirik-lirik meja sebelah yang memesan seporsi sate ayam kok yo kayaknya mantap sekali. Dan saya pun ngiler melihatnya. Namun membayangkan makan tongseng ayam, sate ayam berikut nasi dalam satu waktu, rasanya perut ini kenyang duluan. Haha. Mulai jurus bujuk membujuk, rayu merayu. Target rayuan kali ini adalah duo bujang kecil saya. Biasanya mereka juga doyan sate ayam. Yes, rayuan maut berhasil. Duo b bujang kecil saya dengan senang hati mau membantu emaknya untuk menghabiskan satu piring sate ayam. Sate ayam satu, Bu!

Duo bujang kecil saya kompak memesan nasi goreng ayam. Sedangkan gadis kecil telah tidur dengan lelapnya di pangkuan saya. Hm…

Piring ini mengingatkan saya akan koleksi piring mama saya di Bogor. Piring zaman dahulu kala

Berhubung warung malam itu sedikit ramai, kita kena warning duluan oleh ibu yang jual apakah bersedia menunggu sedikit lama. Karena kepalang tangung dan ngiler juga lihat tongseng dan sate di meja lain, saya dan pak suami memutuskan untuk setia menunggu hingga pesanan kami datang. Lumayan juga lah menunggu kala itu.

Taraaaaaa, satu per satu menu pesanan dihidangkan yang kemudian sukses membuat  saya menelan pelan saliva di mulut saya. Hm…sate dan tongseng terlihat maknyus saudara-saudara. Di dalam hati berucap pantas sajalah kalau warung ini ramai. Dari penampakannya saja sudah membuat saya ingin cepat-cepat melahap. 

Setelah tongseng dan sate, giliran dua porsi nasi putih dihidangkan. Lidah ini jadi semakin tidak sabar untuk mengunyah.

Slruuuup.

Saya mencicipi sedikit kuah tongseng ayam yang masih mengepulkan asapnya. Hm…..beneran maknyus tongseng ayamnya. Bumbunya berasa. Kuahnya gurih. Dan saya menawari pak suami untuk ikut mencicipi. Namun ditolak. Katanya mau sate kambing saja.

Saya dan pak suami makan duluan karena dua porsi nasi goreng pesanan duo bujang kecil masih dalam tahap pembuatan. Saya menyuruh anak-anak untuk mencicipi sate ayam. Yekaaaan daripada bengong nunggu pesanan dan emak bapaknya mengunyah di depan mata. Kan gak asyik banget. Jadilah selama menunggu, duo bujang menikmati sate ayam.

 Hap.

Suapan pertama tongseng dan nasi putih masuk ke dalam mulut saya. Hm….uenaaaak.

“Enak lho,Pak,” ucap saya disela-sela menikmati kunyahan tongseng di dalam mulut.

Pak suami hanya  berdehem saja merespon celetukan saya. Beliau tetap fokus dengan nasi dan sate kambingnya. Sedangkan duo bujang kecil saya mulai menyuap nasi goreng pesanan mereka. Alhamdulillah malam ini duo bujang bersahabat. Mereka makan sendiri tanpa ada drama dengan emaknya. Efek laper abis berenang kayaknya. Nasi goreng terhidang di meja langsung disikat. Tentunya tetap emak mengingatkan jangan lupa baca bismillah. Hahaha.

Setelah menyelesaikan kunyahan pertama nasi dengan tongseng, saya mencicipi nasi dengan sate ayam. Ngilet lihat bocah mengunyah. Kok kayaknya enak juga. Eh..eh..eh..ternyata beneran enak saudara-saudara. Disuapan berikutnya giliran deh makan nasih tongseng dan nasi sate ayam. Haha.

Melihat Pak Suami yang sangat menikmati nasi beserta sate kambingnya, membuat saya jadi kepengen juga icip-icip si sate kambing.

“Pak, boleh icip satu tusuk ya? Kayaknya kok uenak si satenya,” cicit saya.

Pak suami memberikan sate tusuk sate kambing yang sudah ia oleskan lagi dengan bumbu kecap dan irisan bawang merah.

Hap.

Dengan cepat satu tusuk sate kambing mendarat di dalam mulut saya. Eh…ini enak juga ternyata. Satenya gak amis. Hm…pantas saja pak suami kosentrasi tingkat tinggi sekali makan nasi dan sate kambing kesukaannya, begitu ujar hati saya.

Melihat tongseng dan sate ayam pesanan saya masih terhidang di meja walau sudah tidak banyak lagi, akhirnya pak suami ngiler juga pengen icip-icip. Hahaha, akhirnya gak kuat juga menahan godaan mencicipi makanan kesukaannya.

“Cobain ya!”  

 Pak suami mencoba satu tusuk sate ayam. Sebuah senyuman mengambang di wajahnya. Hm..biasanya kalau begini responnya, berarti cocok dari segi rasa. Heeee.

Sate Ayam bumbu kacang Warung “Kiki”

Setelah menghabiskan satu tusuk sate ayam, tangan pak suami beralih kepada tongseng ayam saya.

Slruuup.

Percobaan cicip mencicip berlanjut. Tidak hanya satu suapan tapi jadi beberapa kali.  Dan mulut saya jadi gatel untuk berkomentar. “Dari tadi gaya banget gak mau coba. Giliran udah mau habis malah gak berhenti mengunyah,”

“Enak.”

Begitu saja jawabn pak suami akan celetukan panjang saya. Heeee, kebiasaan dah.

Ya..ya..ya.. sesi makan malam kali ini lebih lama menunggu menu makanan daripada makannya. Haha. Ya gimana ya, rasanya nampol abis di lidah. Jadi bawaannya pengen cepet-cepet menghabiskan. Haha. Modus laper.

Rombongan bule a.k.a wisatawan asing masuk ke dalam warung ketika saya bangkit hendak membayar makanan yang sudah kami habiskan. You know what, rombongan bule tersebut harus menelan pil pahit tidak jadi mencicipi hidangan khas Warung Kiki ini oleh karena semua menu sold out. Saya melirik jam tangan yang melingkar manis di lengan ini. Hahaaaay, jarum pendek saja belum menyentuh angka sembilan.

Ketika sedang mengantri ini, pak suami mengobrol dengan bapak yang punya warung. Orang jawa ketemu di mana pun, tetaplah pakai bahasa ibu a.k.a bahasa jawa. Tidak peduli sudah jauh dari kampung halaman. Bahasa ibu tetap di hati. Haha.

Urusan bayar membayar akhirnya selesai juga. Seperti biasa saya selalu jadi yang terakhir masuk ke dalam mobil. Dan entah bagaimana mulanya obrolan saya dan pak suami kala itu, tapi ujungnya membicarakan tentang si tongseng yang kata pak suami saya rasanya rasa tongseng khas yogya sekali. Gurih tetapi kuahnya tidak kental.

Saya pun setuju dengan pendapat pak suami bahwa tongseng Warung Kiki ini memang gurih namun kuahnya tidak kental. Biasanya kalau pesan tongseng di warung tongseng Solo, mesti kuahnya agak kental sendikit. Ada campuran santannya. Naaah kalau yang di Warung Kiki ini sepertinya tidak ada. Namun entahlah. Tapi yang pasti satu kata untuk tongseng dan satenya, uenak tenan! Selama merantau di Lombok lebih dari tujuh tahun, baru kali ini pak suami saya berkomentar enak tentang rasa tongseng yang dicicipinya. Hahaha.

Tongseng Ayam Warung “Kiki”

Oke dari segi rasa, tapi bagaimana dari segi harga? Hm….tidak usaha khawatir Teman, harga yang ditawarkan Warung “Kiki” ini sangat bersahabat kok di kantong. Murah, meriah, enak.

Warung “Kiki” tidak hanya menyediakan sate, tongseng dan nasi goreng saja. Ada beberapa menu lain selain yang saya pesan malam itu, yaitu gulai kambing, sop iga kambing, iga kambing goreng lalapan, dan ayam goreng lalapan.

Nah, sekarang pastinya pada mau tahu kan di mana sih Warung “Kiki” yang menyediakan tongseng dan sate nan maknyus ini. Yuk meluncuuuuuur ke alamat di bawah ini ya gaess!

Warung “Kiki”

Spesial Daging Kambing  & Ayam

Jl. Raya Senggigi, Montong – Meninting

Lombok HP: 081805778787 ,

SuKa dengan artikel ini? Yuk, bagikan!

Viedyana

Emak dari tiga bocah kecil, domisili di Bantul, Yogyakarta. Suka jalan-jalan, icip-icip makanan, dan menulis. Ada yang ingin ditanyakan atau bekerjasama untuk review usaha, produk dan lain-lain silahkan kontak viedyana1983@gmail.com

2 thoughts on “Warung “Kiki” dan Tongseng Maknyus khas Yogya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *