House Sangkuriang, The Homey Hotel di Tengah Kota Bandung
Setelah beberapa malam menginap di salah satu hotel jalan Soekarno-Hatta, Gedebage-Bandung dan juga bolak balik ke rumah adik saya di Bandung Timur, maka untuk malam terakhir kami memutuskan untuk menginap di Dago yang penuh dengan kenangan masa muda. #Eh. Bukan deng bukan karena itu semata kok. Rute pulang ke Yogya sedikit berbeda dari rute keberangkatan kemarin. Untuk pulang rencananya kami akan melewati Dago Giri, Lembang, Subang dan kemudian baru masuk Tol menuju Yogya.
BACA: Bandung dan Jakarta, Dua Kota yang Mengisi Sebuah Ruang di Hati
Sangkuriang Dalam Ingatan, Di Sini Dulu Bangunan Apa?
Jika ingin menginap di Dago, bisa dipastikan, bahwa pilihannya akan banyak sekali. Tinggal menyesuaikan dengan budget yang ada. Setelah bolak balik melihat informasi detail hotel, akhirnya pak suami memutuskan untuk menginap di House Sangkuriang yang terletak di jalan Sangkuriang. Saya udah hooh-hooh aja.
Dalam ingatan saya memang ada hotel yang lokasinya sebelum ujung jalan Sangkuriang. Jadi saya membayangkan kami akan sedikit menyusuri jalan Sangkuriang dari pertigaan dan menginap di hotel dengan pemandangan ke hutan kota Babakan Siliwangi. Ah ketjeh pasti lihat yang hijau-hijau ketika menyibak gorden kamar kami di pagi hari. Happy membayangkan semua.
Tapi imajinasi saya terhempas begitu saja. Ambyar! Saya melongo ketika pak suami memutar haluan mobilnya ke sebuah hotel dengan gaya desain bangunan art deco. Hotel ini dengan cantiknya menjulang di antara hijaunya pepohonan di ujung masuk jalan Sangkuriang. Ya…ya…kami tidak jadi menyusuri jalan Sangkuriang. Otak saya seketika bertanya: kenapa di sini berdiri hotel? Sejak kapan di sini ada hotel? Eh tapi, di sini dulu apa ya? Dan kemudian otak ini nge-blank tidak menemukan jawaban. Dan lagi males juga untuk “tanya” mbah google.
Bagaimana pun jalan Sangkuriang di Dago bukanlah jalan asing bagi saya. Dahulu kala, iya dulu, jika tidak ingin sarapan lontong sayur uda Pero di Simpang Dago, maka jalan Sangkuriang menjadi satu-satunya jalan yang saya tempuh untuk naik angkot Cicaheum – Ledeng menuju kampus. Jadi bisa dikatakan saya cukup familiar dengan jalan Sangkuriang. Pohon tinggi dan rindang masih begitu membekas diingatan. Termasuk miniatur gajah kecil yang terukir cantik di pertigaan jalan Siliwangi dan jalan Sangkuriang. Cek petanya mbah Google, maka kamu akan menemukan pinned Bruno si Gajah Rumput. Ah, walau belasan tahun berlalu, dia masih nangkring manis di sana.
Inilah salah satu kebiasaan (jelek) saya ketika sudah berkeluarga, yaitu saya kurang perhatian dengan detail jika urusan tersebut sudah di take care oleh pak suami. Sering kali terjadi angan tak seindah kenyataan. Salah satu contoh kasusnya ya hotel ini. Hehehe.
Eh tapi, cerita belum selesai. Malam harinya-di lobi hotel, saya bertemu dengan Heidy. Pertemuan pertama setelah lebih dari satu dekade kami tidak bertemu. Sepanjang ingatan saya, terakhir bertemu di hari pernikahan saya. Dan itu terjadi di akhir bulan Februari 2010. Big hug. Melepas rindu. Bertemu kembali setelah sama-sama berstatus sebagai istri dan ibu.
Obrolan santai ditemani secangkir teh panas mengalir begitu saja. Mulai dari cerita lama-lama hingga cerita-cerita terbaru.
“Tahu dari mana hotel ini Vid?” tanya Heidy di antara perbincangan seru kami. “Baru tahu di sini ada hotel,” lanjutnya.
Saya hanya bisa mempersembahkan senyuman lebar. Gak tahu juga pak suami tahu dari mana. Pokoke urusan akomodasi beres.
“Ini yang dulunya rumah makan kan ya? Iya gak sih? Rumah makan …..Cibiuk. Iya kan?” seloroh Heidy.
Senyuman mengembang di wajah saya. Got the answer setelah setengah hari berpikir. Ya…ya..benar di ujung masuk jalan Sangkuriang ini dulu adalah sebuah rumah makan khas sunda. Lupa juga nama lengkapnya apa. Yang pasti memang ada kata cibiuk. Yeeaaay bisa tidur nyenyak deh malam ini di House Sangkuriang.
The Pool, The Communal Area and The Garden
(26/10/2021) Saya dan keluarga tiba di House Sangkuriang Bandung menjelang siang. Lobi yang luas menyambut saya yang berharap bisa check-in lebih awal. Tapi, harapan hanya tinggal harapan. Kamar masih dalam tahap pembersihan. #salah sendiri datang kecepetan hehe.
Walau belum bisa masuk kamar, barang-barang sudah bisa dititipkan ke concierge hotel dan yang membuat anak saya happy sekali adalah diizinkan untuk berenang oleh pihak hotel sambil menunggu kamar siap ditempati.
Selesai menitipkan barang, saya dan anak-anak menuju kolam renang. Ternyata area kolam renang yang memiliki konsep infinity pool ini menyatu dengan communal area. Hijaunya pepohonan dan juga warna warni bunga begitu mendominasi. Kolam renang ini terlihat begitu asri di mata saya.
Bagaimana dengan anak-anak? Ah janganlah ditanya. Mereka tentu saja langsung berganti kostum. It’s time to swim. Well, sedangkan saya seperti biasa. Menjadi pengamat bocah aja di tepi kolam.
Kolam renang di House Sangkuriang ini ramah anak ya karena terdapat dua kolam yang sekilas terlihat menyatu. Eh tapi, tidak usah khawatir, batas kedalaman antara kolam yang dangkal dan yang dalam jelas kok. Dibatas dengan batu yang tingginya sedikit lebih rendah dari tinggi pinggir kolam. Para mamak dengan bocah kecil pasti senang deh sama yang satu ini.
Seperti yang sudah saya singgung di atas tadi bahwa kolam renang ini menyatu dengan communal area. Jadi tugas saya sebagai pengamat bocah kali ini duduk manis di salah satu kursi di communal area sambil menikmati anggrek bermekaran di sekeliling kolam renang dan juga pohon pinus yang berjajar cantik, menjadi pagar hidup House Sangkuriang dengan jalan Siliwangi. Jarang-jarangkan bisa lihat pohon pinus di tengah kota.
Di samping kolam renang dan communal area terdapat tangga menurun ke area taman yang menyerupai hutan kecil. Pinus, anggrek dan bunga-bunga lainnya ditata sangat apik. Cantik. Katanya sih area ini sering dipakai juga itu garden party gitu.
Tidak hanya di sana, di lantai 3, juga terdapat taman. Rooftop garden gitu. Berbagai macam bunga ditata di antara set meja dan kursi. Buat Kamu yang seneng foto, House sangkuriang ini akan sangat memanjakan kamu dengan spot-spotnya yang ciamik.
The Room at House Sangkuriang Bandung.
House Sangkuriang menawarkan beberapa tipe kamar bagi pengunjungnya. Ada Sangkuriang, Siliwangi, dan family suite (kamar family). Tiga tipe kamar ini memiliki luas yang berbeda. Dan yang paling luas tentu saja family suite dengan luas mencapai 61 meter persegi. Uwiiih, mantep gak tuh?
Saya dan keluarga memesan dua kamar tipe sangkuriang karena kami berlima, dan duo bujang bertambah besar. Tidak bisa lagi memesan satu kamar saja. Tidak lupa ketika memesan lewat aplikasi, pak suami menambahkan sedikit catatan meminta kamar bersebelahan.
Semua selesai disaat yang tepat. Ketika bocah-bocah sudah puas berenang, kamar pun sudah siap kami tempati. Oleh karena tempat bilas yang disediakan memiliki konsep yang sedikit terbuka, anak-anak memilih untuk mandi dan ganti baju di kamar saja.
Tap, lift dengan kaca bening ini mengantarkan kami menuju kamar di lantai tiga. Selasar di depan kamar menghadap ke ujung jalan Sangkuriang. Sedangkan Balkon kamar menghadap bagian dalam hotel di mana lift dan kolam ikan di bawah sama menjadi pemandangan utama mata. Anak-anak senang sekali melihat ikan koi yang sekilas terlihat besar jika dilihat dari atas. Tidak lupa mereka mengenang ikan koi peliharaan kami di kolam ikan rumah ketika masih tinggal di Mataram, Lombok.
What a surprise begitu membuka pintu kamar. Request kamar sebelahan, kami diberi kamar yang ada connecting door-nya. Satu kamar dengan tempat tidur king-size dan yang lainnya twin-share. Mamak dan anak bahagia banget deh.
Pandangan pertama saya dengan kamar ini adalah homey. Serasa berada di rumah. Kayu mendominasi lewat lantai, kusen jendela, meja, lemari, dan perabotan lainnya. Tidak ketinggalan anyaman juga turut mempercantik kamar. Saya suka dengan jendela yang sedikit melengkung. Cantik.
Menurut saya fasilitas kamarnya gak kaleng-kaleng ya. Ada balkon pribadi, ada tambahan dua bantal, tivi kabel, akses internet di dalam kamar, tivi layar datar dan lain-lain. Dan yang paling saya suka di kamar mandinya yang nyaman tersedia hair dryer. Untuk mamak-mamak macam saya yang menggunakan jilbab, hair dryer sangat berguna. Tidak harus menggelung rambut di saat masih basah.
One Place Four Function
Hal menarik lainnya di House Sangkuriang yaitu ketika baru melewati pintu utama maka kita akan melihat empat fungsi yang berbeda. Ada lobi, meja resepsionis, restoran dan dapur di satu ruangan luas.
Terletak di bagian utama hotel, dapur menerapkan open kitchen. Jadi kamu bisa tuh kalau mau ngintip koki beraksi di dapur.
Untuk sarapan pagi kamu bisa memilih hendak makan di communal area yang terletak berdampingan dengan kolam renang, atau di restoran yang letaknya menyatu dengan lobi di mana garis tegas terlihat jelas. Kamu bisa tahu langsung mana yang lobi dan mana yang restoran. Cukup lihat lantainya saja. Lantai lobi menggunakan granit , sedangkan restoran menggunakan kayu. That simple.
Terakhir yang penting gak penting adalah menu sarapan pagi di House Sangkuriang ini cukup bervariasi. Selain nasi goreng, ada pilihan pastanya juga dan beberapa menu lainnya. Gak monoton lah.
Sekian kilas balik yang sempat terekam di memori ini tentang House Sangkuriang, The Homey Hotel di tengah kota Bandung. Hayoooo siapa yang tertarik untuk staycation seperti saya di House sangkuriang? Drop your comment, Teman. See you there!
Bantul, 4 Desember 2021
Hotelnya keren banget. Suka deh kolam renangnya luas juga ? Paling enak kalau menginap di tempat natural kayak gini ya mbak. Interiornya kayu2 gitu, sarapan mantap.
Iya hotelnya homey banget. udah gitu bener-bener tengah kota pula. Enak mau jalan ke mana-mana hehehe
Udah dua kali ditahun ini nginep disana.. Serasa rumah kedua dan ga mau cari hotel lain lagi klo di bandung ☺☺