RoadTripMbokJastra#6: MUST TRY Menjajal Kuliner Khas Ranah Minang Part 1

RoadTripMbokJastra#6: MUST TRY Menjajal Kuliner Khas Ranah  Minang Part 1

Assalamualaikum,

Here we go, mulai menjelajah enaknya kuliner Sumatra Barat. Yayaya after one decade, akhirnya menjejakkan kaki lagi di sini, di Bukittinggi, di rumah nenek saya.

(2/11/17) Tiba malam hari di saat rintik hujan menjadi teman malam. Pas jam makan pula. Lengkap deh perut minta diisi. Hawa kota Bukittinggi yang dingin paling cocok deh  yang namanya makan soto padang. Yuk mari meluncur ke Rumah Soto Padang di Jalan Jendral Sudirman, Bukittinggi.

 

Keesokan harinya, 3 November 2017, dinginnya kota Bukittingi begitu terasa. Hujan. Bbbbrrrrr. Tanpa hujan saja hawa kota Bukittinggi ini dingin apalagi jika ditambah dengan hujan. Bikin mager alias males gerak. Paling enak ngeringkel di tempat tidur dengan selimut yang tebal. #only on my dream #Emak ngeringkel bagimane nasib tiga bocah kecil.

Ketika stopped by di Bogor, mama saya sudah berpesan, kalo mau bubua samba sama mangkuak sianok telpon Om Mul, adek mama saya yang tinggal di Sianok. Bubua samba Sianok sama mangkuak adanya hari Rabu dan Sabtu aja di ateh ngarai (atas Ngarai-red).

Baiklah, sampe di Bukittinggi cuuuuus ngabarin om Mul. Saya udah kebayang gak mungkin melipir pagi-pagi ke Sianok dengan tiga bocah.

Dan pagi itu om Mul bawain bubua samba lengkap dengan karupuak taba dan juga mangkuak.  Seriously, it was delicious. Nyam…nyam..nyam…uenaaak. Maknyus. Makasih Oom.

Udah lihatkan seperti apa bubua samba yang saya maksud pada gambar atas. Mirip-mirip lontong sayur padang. Hanya saja yang membuatnya berbeda adalah si lontong atau ketupat. Arti bubua disini adalah bubur. Ya, beras dimasak hingga menjadi bubur, kemudian diletakkan di atas talam dan didinginkan. Ketika hendak dimakan, si bubua yang sudah mengeras di talam dipotong persegi tipis-tipis, kemudian diguyur dengan kuah gulai dengan santannya yang pekat. Maknyus! Sayur gulai “jodohnya” si bubua ini isinya macem-macem. Ada nangka, kol, kentang, dan buncis. Tapi jangan tanya saya cara bikinnya ya. Give up. Belom pernah berhasil menyamakan rasa. Boro-boro menyamakan rasa, bikin dengan penampakan yang sama aja masih belom berhasil. Hahaha. #Beneran lho saya pernah coba bikin beberapa kali. Saking kepengennya sama si bubua samba sianok.

Satu lagi yang bikin bubua samba ini unik adalah pengemasannya kalo dibungkus. Zaman now senengnya yang praktis-praktis dong. Kalo bungkus biasanya pake plastik. Pengemasan bungkus bubua samba ini masih sama dari sejak saya masih kecil, TK, hingga kini usia 30-an #ups #ngumpet dipojokan ketauan udah tuanya. Si bubua samba dibungkus dengan daun pisang.

Beralih ke mangkuak. Ini juga lagi-lagi makanan khasnya sianok. Dibagian bawah warnanya seperti warna gula merah dan di atas bewarna putih, santan. Saya belum nemu rasa yang sama di tempat-tempat lain. Bentuknya mirip-mirip kue talam. Tapi dicetak di mangkok-mangkok mungil. Entah bagaimana takarannya, yang pasti enak. #Dan lagi-lagi saya pernah coba bikin sendiri lho, tapi ya itu tadi gagal maning gagal maning. Bagian bawah yang saya bikin enggak selembut mangkuak Sianok ini dan bagian atas, santan, juga tidak seperti santan mangkuak Sianok ini.

 

Di sore hari, ketika cuaca sudah mulai cerah sedikit. Awan hitam sudah beranjak dari langit Bukittinggi, saya melipir sebentar ke Jam Gadang. Tidak sampai sepuluh menit sudah tiba di sana. Mau tau dong apa yang saya cari. Apalagi jika bukan si Pisang Kapik. Pisang bakar yang dipipihkan kemudian ditaburi unti kelapa. Eyel-eyelan tawar menawar harga pun terjadi. Agak-agak sedikit WOW mendengar harga normalnya yang delapan ribu sebiji. Tapi karena Pasar Atas habis terbakar ,si ibu pun menurunkan harga jual pisang kapiknya. Agak lupa berapa pastinya, tapi yang pasti harga awal yang ditawarkan ibu ini bukanlah harga normal ketika Pasar Atas masih baik-baik saja. Akhirnya saya menyerah dengan harga yang ditawarkan si ibu. Demi!

Pisang kapik yang sudah ditaburi unti kelapa di atasnya
Tempat bakar pisang
Pisang yang sudah dibakar dan dipipihkan. Namun belum ditaburi unti kelapa

Naaah, bagi yang berkunjung ke Bukittinggi, kalo kata saya neh ya, inilah beberapa kuliner yang gak akan ditemuin ditempat lain.

Sekian cerita kuliner part satu ini, entah bagaimana lagi menggambarkan enaknya makanan-makanan ini dengan kata-kata. Memang lebih enak untuk diicip-icip. Mari makan! #Heeee. Eits, nantikan cerita kuliner lainnya selama saya menjelajah kota Bukittinggi ya.

 

Salam

 

Vidy

SuKa dengan artikel ini? Yuk, bagikan!

Viedyana

Emak dari tiga bocah kecil, domisili di Bantul, Yogyakarta. Suka jalan-jalan, icip-icip makanan, dan menulis. Ada yang ingin ditanyakan atau bekerjasama untuk review usaha, produk dan lain-lain silahkan kontak viedyana1983@gmail.com

2 thoughts on “RoadTripMbokJastra#6: MUST TRY Menjajal Kuliner Khas Ranah Minang Part 1

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *